Dolar Amerika Serikat (AS) makin perkasa terhadap rupiah dan sempat
menembus Rp 10.000. Sementara hari ini dolar ditutup Rp 9.855Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo
mengatakan, pelemahan rupiah ini terjadi karena kombinasi perkembangan
kondisi dunia dan di dalam negeri.
Permasalahan intern
(di dalam negeri), yaitu :
-Besarnya permintaan di korporasi (perusahaan)
untuk memenuhi kewajiban utang.
-Pembahasan APBN-P yang
belum final.
-Perusahaan-perusahaan swasta harus membayar utang-utangnya dalam bentuk
dolar di pertengahan tahun.
Selain itu, Agus Marto mengatakan,
BI juga telah mengambil tindakan untuk menaikkan suku bunga Fasilitas
Bank Indonesia (Fasbi) sebesar 25 basis poin, dari 4% menjadi 4,25%
yang mulai berlaku hari ini.
Dinaikkannya suku bunga Fasbi ini,
ujar Agus Marto, adalah sebagai sinyal kesiapan BI menyerap likuiditas
rupiah di pasar yang selama ini digunakan untuk membeli valas. "Pada
saat ini kami justru melihat likuiditas rupiah sedang ketat dan kami
memberikan satu sinyal bahwa BI senantiasa akan menjaga likuiditas di
pasar tidak hanya rupiah, tapi juga valas," jelas Agus Marto.
Agus
Marto mengatakan, kondisi tekanan nilai tukar mata uang terhadap dolar
AS tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di regional. "Saya ingin
sampaikan bahwa kalau seandainya ada pergerakan yang cukup besar faktor
daripada perkembangan dunia itu berperan," jelas Agus Marto.
Source : detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar