Jakarta - Risiko kredit perbankan di daerah pedalaman
justru lebih rendah ketimbang di perkotaan. Penduduk di pedalaman,
terutama kaum hawa justru lebih taat membayar cicilan kredit secara
tepat waktu.
"Justru
yang lebih penting di pedesaan itu akses, kredit macet di pedesaan
rendah, karena kontrol sosial, karena banyaknya kaum ibu. NPL-nya
rendah sendiri ke perempuan dan ibu-ibu terutama," kata Deputi Gubernur
Bank Indonesia Muliaman D Haddad di Gedung BI, Jalan MH Thamrin,
Jakarta, Jumat (25/11/2011).
Dikatakan Muliaman, ibu-ibu memang
lebih rajin dan bertanggung jawab ketika meminjam di bank ataupun jasa
keuangan lain ketimbang para pria. Menurutnya perhitungan para kaum ibu
lebih matang dari sisi pengelolaan keuangan.
"Memang seperti
itu, jadi mohon maaf untuk kaum pria karena yang banyak berpengalaman
pengelolaan keuangan baik itu ibu-ibu," tutur Muliaman.
Ditempat
yang sama, Direktur Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Edy Setiadi
mengatakan masyarakat pedesaan tidak begitu sensitif terhadap suku
bunga. Berapapun suku bunganya, masyarakat pedesaan lebih mementingkan
kebutuhan akan kredit dan akses yang cepat.
"Karena faktor bunga
itu menjadi nomor dua, masyarakat dan pengusaha kecil dipedesaan lebih
nyaman meminjam ketika ada akses. Jadi maupun oleh bank atau oleh
tetangga sendiri asal ada akses mudah maka akan diambil berpapun
bunganya," kata Dia.
Lebih jauh Edy memaparkan, tingkat bunga
kredit yang diberikan bank untuk UMKM cenderung sudah cukup rendah.
Namun masih ada potensi penurunan seiring BI Rate yang turun.
"Suku
bunga berbeda-beda UMKM berbeda dan bervariasi, rata rata mikro itu 20
persen ke atas, usaha kecil di kisaran 15-20 persen serta menengah 15
persen ke bawah," tutup Edy.
sumber : yahoo.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar