Selasa, 30 Oktober 2012

Pengauditan Laporan Keuangan di Era Teknologi

Pendahuluan

         Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi telah mempengaruhi kehidupan manusia.  Salah satunya adalah internet, yaitu jaringan komputer yang tidak mempunyai pusat pengendalian atau organisasi, yang dapat digunakan untuk komunikasi, kebutuhan penelitian dan juga jual beli barang dan jasa (Elaine, 2000). Jones dan Xiao (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa di bidang akuntansi, internet berpotensi dalam mempercepat penyampaian informasi laporan keuangan sehingga stakeholder dapat mengakses dengan cepat.
         Penggunaan teknologi internet serta komputer organisatoris yang senantiasa berkembang telah menuntut auditor untuk memperoleh bukti secara elektronis pula. Hal ini mendorong profesi tersebut untuk menyertakan konsep bukti elektronis ke dalam standar profesionalnya. Berkaitan dengan hal ini, Lembaga Akuntan Publik Amerika (AICPA) telah mengeluarkan Statement on Auditing Standard (SAS) No.80, amandemen SAS No. 31, tentang masalah bukti (Evidential Matter).



______________________________________
1 Penulis adalah staf pengajar Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
         SAS No.80 memberikan guidance (pedoman) bagi auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan menggunakan teknologi internet untuk memproses transaksi (Halim, 2004). Pada saat bukti menjadi lebih bersifat elektronik, maka hal ini akan menyebabkan dihasilkannya audit trail yang lebih sedikit. Oleh karena itu, auditor harus mengubah teknik audit mereka. SAS No.80 menyatakan bahwa ketika bukti yang ada disajikan dalam bentuk elektronik, maka auditor perlu mempertimbangkan penggunaan teknik continuous auditing.
         Dalam makalah ini, penulis ingin memaparkan beberapa hal mengenai proses pengauditan yang perlu dipahami auditor, sehubungan dengan perkembangan teknologi yang berdampak pada operasi bisnis klien. Secara berurutan akan dibahas mengenai penyampaian informasi melalui internet, manfaat pelaporan keuangan pada internet, format pelaporan keuangan internet, bukti audit, continuous auditing, pengendalian internal.

Penyampaian Informasi Melalui Internet
         Informasi bukan hanya sekedar kumpulan data tetapi lebih merupakan suatu bentuk kecerdasan (Wilkinson, 2000). Informasi yang cerdas adalah informasi yang bermanfaat bagi penerima informasi. Manfaat informasi yang paling utama adalah untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan (Wilkinson, 2000).
          Menurut Halim (2004), kualitas suatu informasi tergantung dari atribut informasi tersebut, yaitu akurat (accuracy), tepat waktu (timeliness), dan relevan (relevancy). Akurat berarti informasi bebas dari kesalahan dan tidak bias. Tepat waktu berarti informasi sampai kepada penerima dalam jangka waktu yang dibutuhkan. Sedangkan relevan berarti informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Salah satu cara agar informasi yang disampaikan tepat waktu maka dapat disampaikan dengan menggunakan internet (Halim, 2004).
         Penelitian yang dilakukan oleh Cheng, Lawrence dan Coy (2000) dalam Howard Davey dan Kanya Homkajohn (2004) menyatakan bahwa 32 (80%) perusahaan dari 40 perusahaan yang ada di Thailand sudah mempunyai web sites dan 70 % sudah menyampaikan laporan keuangannya pada web sites. Penelitian lain yang dilakukan di Inggris yang melakukan survey top 100 Fortune Global pada 500 perusahaan menunjukkan  bahwa 89 % sudah mempunyai web sites (Flynn dan Gowthorpe, 1997 dalam Craven,1999).
         Penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Xiao (2003) menduga bahwa internet akan mempercepat penyampaian informasi non-finansial pada waktu mendatang seperti informasi lingkungan, informasi sosial dan juga perusahaan pemerintahan bahkan informasi kualitatif. Bahkan pada tahun 2010, diduga bahwa pelaporan keuangan dengan menggunakan internet akan lebih tepat waktu dan menjadi real time reporting (Jones dan Xiao, 2003).

Manfaat Pelaporan Keuangan Pada Internet
         Internet disebut sebagai suatu sistem komunikasi (Xiao dan Jones, 2000). Sebagai suatu sistem komunikasi, hal tersebut terutama mempengaruhi aspek komunikasi pelaporan keuangan seperti akses, penyebaran, interaksi, dan penyajian. Internet mendorong komunikasi one-way, two-way dan multi-way serta memberikan pengembangan terhadap interaktif aplikasi yang tinggi. Hal ini menawarkan interaksi pemakai dengan penyedia informasi perusahaan. Internet juga bersifat real-time sehingga mempercepat penyampaian informasi keuangan. Selain itu internet dapat diakses di manapun di seluruh dunia, sehingga data elektronik dapat dengan mudah dibawa kemana-mana dan dapat diakses secara menyeluruh (Xiao dan Jones, 2000).
Hasil penelitian Jones dan Xiao (2003) menyatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan penggunaan internet, yang memberikan produk yang up-to-date dan informasi jasa dan catatan secara elektronik. Bahkan para ahli memprediksi bahwa penggunaan internet akan memampukan perusahaan untuk menghubungkan informasi keuangan kepada perusahaan yang lain sehingga mendorong pemakai untuk menggunakan web-based financial information (Jones dan Xiao, 2003).

Format Pelaporan Keuagan Internet
Teknologi telah mengubah cara organisasi dalam menjalankan bisnis dan menerbitkan laporan keuangan (Halim, 2004). Sebagian besar perusahaan menyajikan laporan keuangan di internet dengan menggunakan format HTML (Rezaee dan Hoffman, 2001). Format HTML efektif dalam menyampaikan informasi dasar yang terkait dengan pengungkapan finansial. Namun format HTML tidak memungkinkan pencarian, analisis, dan manipulasi informasi tanpa down loading dan transfer kedalam spreadsheet atau aplikasi software. Saat ini standard tekhnologi penyajian laporan keuangan di internet telah berkembang dari Extensible Markup Language (XML) menjadi Extensible Business Markup Language (XBRL).
         Salah satu manfaat fitur XBRL adalah memungkinkan organisasi untuk menyiapkan seperangkat laporan keuangan dalam sebuah format yang dapat dilihat dan digunakan dengan berbagai aplikasi. Hal ini mengeliminasi kebutuhan untuk menyiapkan laporan keuangan dalam format yang berbeda, sehingga mengurangi waktu, menghemat biaya, dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam dokumen yang berbeda. Pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membaca seluruh laporan keuangan dengan men-download XBRL atau dari web site (Jones dan Xiao, 2003).
AICPA telah bekerja dengan organisasi internasional dan nasional dalam beberapa tahun untuk mengembangkan spesifikasi XBRL. XBRL pertama digunakan untuk laporan keuangan untuk perusahaan komersial dan industri yang disusun berdasarkan GAAP Amerika Serikat yang dikeluarkan pada 31 Juli 2000. Pada format XBRL, informasi keuangan hanya dimasukkan satu kali, dan kemudian diubah dalam berbagai bentuk, seperti dokumen HTML untuk web site organisasi, EDGAR filling document untuk tujuan umum (seperti SEC), dan format pelaporan khusus lainnya seperti untuk tujuan pajak atau laporan kredit. Dengan merancang bahasa standar untuk perusahaan, organisasi, auditor, dan pengguna pelaporan keuangan. Selain itu format XBRL akan meningkatkan ketersediaan, reliabilitas dan relevansi pelaporan keuangan (Halim, 2004). Manfaat lain dari format XBRL adalah mempermudah pencarian pelaporan keuangan dibandingkan dengan format HTML, penemuan informasi yang cepat dapat menghemat waktu dan proses pengauditan pelaporan keuangan terstandarisasi secara on-line sehingga akan lebih efisien dan efektif (Rezaee dan Hoffman, 2001).

Bukti Audit
Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan (Halim, 2001). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar bukti yang diperoleh dapat mendukung auditor dalam memberikan pendapat terhadap laporan keuangan yang diaudit (Halim, 2001) antara lain:
  1. Bukti apa yang diperlukan untuk setiap asersi.
  2. Prosedur audit apa yang digunakan untuk mengumpulkan bukti yang persuasif dan kompeten.
  3. Seberapa banyak bukti dikatakan mencukupi.
  4. Alat apa yang paling efisien dan dapat dipercaya untuk mengumpulkan bukti yang kompeten dan cukup.
SAS No.80 memberikan panduan bagi auditor untuk mengaudit transaksi dalam bentuk format elektronik. SAS No.80 mensyaratkan agar klien auditor dapat mengirimkan, memproses, menyimpan atau mengakses sejumlah informasi elektronik yang signifikan. Hal ini diperlukan untuk menguji kecukupan pengendaliannya secara normal.
AICPA mendefinisikan bukti elektronik sebagai pemindahan informasi, pemrosesan, penyimpanan atau akses yang dilakukan dengan alat elektronik yang dapat digunakan oleh auditor untuk mengevaluasi asersi laporan keuangan. Tabel 1 berikut ini membandingkan dan membedakan bukti tradisional dan elektronik dalam konteks beberapa atribut yang diperlukan oleh bukti audit.

Tabel 1
Perbandingan antara bukti tradisional dan bukti elektronik

Atribut
Bukti Tradisional
Bukti Elektronik
Kesulitan untuk Diubah
Sulit diubah dan dimungkinkan untuk mendeteksi perubahan dalam pekerjaan audit normal
Lebih mudah untuk dilakukan perubahan dan lebih sulit dideteksi. Oleh karena itu, efektifitas internal control memainkan peranan yang penting dalam mendeteksi perubahan tertentu dalam bukti elektronik
Kekuatan Kredibilitas
Paper document mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi


Kredibilitas bukti elektronis tergantung efektifitas struktur pengendalian internal
Kelengkapan Dokumen
Paper evidence memasukkan semua persyaratan transaksi  penting
Pemrosesan elektronik dapat menyembunyikan bukti-bukti dengan kode atau dengan cross reference ke data fields lainnya
Bukti Pengesahan
Pengesahan pada paper evidence sangat jelas ditampilkan pada dokumen asli
Pengensahan bukti elektronik mungkin tidak jelas dan dapat dilakukan dengan menekan salah satu tombol pada keyboard
Kemudahan untuk Digunakan
Paper evidence tidak memerlukan alat khusus untuk digunakan dalam mengevaluasi dan memahami bukti
Bukti elektronik membutuhkan pengetahuan tentang teknik data extraction untuk mengevaluasi dan memahami bukti
Kejelasan
Paper evidence biasanya jelas dan akan menghasilkan kesimpulan yang sama apabila digunakan oleh pembaca yang berbeda
Bukti elektronik tidak jelas dan dapat ngakibatkan kesimpulan yang berbeda oleh beberapa auditor tergantung pada prosedur yang digunakan dan pengendalian yang diimplementasikan.
Sumber: Halim, 2004


Continuous Auditing (CA)
Perubahan proses bisnis telah menggeser sumber informasi yang bersifat tradisional menjadi elektronik. Hal ini memerlukan penciptaan prosedur audit baru untuk melakukan audit. Tujuan pokok audit keuangan dan standar pengauditan yang berlaku umum tidak berubah karena semua atau sebagian dari arsip klien dalam format elektronik. Namun demikian, prosedur audit dapat berubah ketika sebagaian besar informasi yang ada hanya dalam format elektronik sehingga menuntut auditor independen untuk menggunakan Continuous Auditing (CA) (Halim, 2004). Menurut Rezaee (2001), CA adalah proses sistematis untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit elektronik sebagai dasar yang rasional untuk menarik suatu pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan berdasarkan sistem akuntansi yang paperless dan real-time. CA terdiri dari lima tahap yaitu:
  1. Perencanaan penugasan audit yang meliputi prosedur analitis.
  2. 2.      Menilai struktur pengendalian intern sistem real time accounting (RTA) yang mencakup hasil test of control dan penilaian atas control risk.
  3. Pelaksanaan substantive test internal dan terus menerus atas transaksi yang detail.
  4. Menyelenggarakan substantive test atas saldo akhir tahun dan hasil menyeluruh termasuk prosedur analitis.
  5. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
Manfaat utama dalam pemanfaatan CA adalah pengurangan biaya dalam menyelenggarakan suatu penugasan audit. CA memungkinkan auditor untuk menguji sampel yang lebih besar (bahkan sampai 100 persen) terhadap data dan transaksi klien dengan lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan dengan pengujian manual. Selain itu CA dapat mengurangi biaya-biaya auditor dan jumlah waktu yang biasanya dihabiskan untuk pengujian manual atas transaksi dan saldo. CA juga dapat meningkatkan kualitas audit keuangan sehingga memungkinkan auditor untuk lebih memusatkan perhatian pada pemahaman struktur industri dan bisnis klien dan struktur pengendalian internnya (Halim, 2004).
Tabel 2 menampilkan suatu ikhtisar siklus akuntansi berdasarkan sistem real-time accounting (RTA) dan proses audit yang terkait berdasarkan CA. Tabel 2 menunjukkan bahwa sistem RTA tersebut terdiri dari proses sebagai berikut:
  1. Identifikasi transaksi dan peristiwa ekonomi.
  2. Pengukuran, pengakuan, dan pelaporan transaksi berdasarkan sistem akuntansi yang real- timedan on-line.
  3. Adanya struktur pengendalian intern yang memadai dan efektif.
  4. Pengolahan transaksi secara elektronik.
  5. Saldo rekening general ledger dan subsidiary account  yang on-line.
  6. 6.      Pembuatan laporan keuangan real-time dan on-line.













Tabel 2
Skema untuk Siklus Akuntansi berdasarkan Sistem RTA dan Aktivitas Audit

Periode Waktu
Klien: Sistem Akuntansi real-time
Auditor: Metode Continuous Auditing
Aktivitas Audit

Transaksi dan peristiwa ekonomi
Perencanaan audit
Memperoleh informasi mengenai industri dan bisnis klien, memperbaharui pengetahuan dan pemahaman struktur pengendalian intern termasuk aktivitas dan lingkungan pengendalian, merancang strategi audit termasuk model resiko audit dan program awal audit


Periode tahunan laporan keuangan
Sistem informasi akuntansi on-line dan real-time







Struktur Pengendalian Internal


Pertimbangan terhadap struktur pengendalian internal
Memahami dan evaluasi struktur pengendalian internal, melakukan uji pengendalian elektronik, memodifikasi program audit

Memrosesan transaksi secara elektronik
Pengujian substantif detail transaksi
Memilih teknik dan alat audit elektronik yang sesuai, melakukan prosedur audit, memastikan bahwa bukti yang diperoleh cukup dan kompeten

General ledger dan subsidiary ledger secara on-line
Pengujian substantif dan prosedur analitis
Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, mengevaluasi ketepatan dan reliabilitas bukti audit, memonitor pendekatan audit

Laporan keuangan yang on-line  dan real-time
Menyelesaikan audit dan menerbitkan
laporan audit

Menerbitkan laporan audit, memutuskan untuk menerima atau melanjutkan penugasan audit
Sumber: Rezaee, 2001
Pengendalian Internal
Pertimbangan struktur pengendalian internal RTA melibatkan pengujian dan penilaian pengendalian manajemen dan sistem aplikasi. Auditor mempelajari dan mengevaluasi lingkungan pengendalian tersebut dan komponen penilaian resiko struktur pengendalian internal dengan menguji pengendalian manajemen, seperti audit committee, filosofi manajemen dan gaya operasi, pengelolaan risiko. Auditor mempelajari dan mengevaluasi aktivitas kendali spesifik dengan pengujian sistem pengendalian manajemen dan pengendalian sistem aplikasi, yaitu input, proses, output dan pengendalian manajerial. AICPA (1996) menyatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan bukti tentang efektivitas desain atau operasi struktur pengendalian internal dapat diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer.
Teknik audit berbantuan komputer yang paling umum digunakan dalam menguji efektivitas struktur pengendalian intern di antaranya adalah (Rezaee, 2001):
  1. Test data atau integrated test facilities yang digunakan dalam menentukan apakah sistem RTA memporses transaksi dengan valid atau invalid serta memverifikasi kebenaran dan kelengkapan pemrosesannya.
  2. Parallel simulation adalah suatu teknik yang mengembangkan suatu program komputer yang mereplikasi beberapa bagian dari sistem aplikasi klien untuk menilai efektivitas suatu aktivitas pengendalian.
  3. Pemrosesan secara simultan (concurrent processing) digunakan dalam merancang modul audit dan kode pemrograman dan menerapkannya secara langsung ke dalam aplikasi komputer untuk secara terus-menerus memilih dan memonitor pemrosesan data.
  4. Simulasi yang terputus-putus dan berkelanjutan (Continuous and Intermittent Simulation) yang digunakan untuk memilih transaksi selama pemrosesan untuk review audit dan memberikan kapabilitas auditing on-line.
Simpulan
Perubahan teknologi yang begitu cepat mengakibatkan perubahan praktik bisnis dan cara pemrosesan pencatatan dan penyimpanan transaksi bisnis oleh sebagian besar organisasi. Demikian pula dengan cara penyampaian laporan keuangan, yaitu dengan menggunakan teknologi internet, sehingga informasi yang dihasilkan bersifat real-time.
Teknologi juga membawa perubahan terhadap teknik pengauditan yang disebut continuous auditing (CA). Hal ini disebabkan oleh bukti yang dihasilkan dari transaksi yang bersifat on-line bersifat elektronik. Penggunaan CA memungkinkan auditor untuk melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti yang dihasilkan untuk mendukung opini yang akan dikeluarkan oleh auditor.


Source : http://www.unika.ac.id/staff/blog/ranto_p_sihombing/573

Tidak ada komentar:

Posting Komentar