Pendahuluan
Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi telah mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satunya adalah internet, yaitu jaringan komputer yang tidak mempunyai pusat pengendalian atau organisasi, yang dapat digunakan untuk komunikasi, kebutuhan penelitian dan juga jual beli barang dan jasa (Elaine, 2000). Jones dan Xiao (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa di bidang akuntansi, internet berpotensi dalam mempercepat penyampaian informasi laporan keuangan sehingga stakeholder dapat mengakses dengan cepat.Penggunaan teknologi internet serta komputer organisatoris yang senantiasa berkembang telah menuntut auditor untuk memperoleh bukti secara elektronis pula. Hal ini mendorong profesi tersebut untuk menyertakan konsep bukti elektronis ke dalam standar profesionalnya. Berkaitan dengan hal ini, Lembaga Akuntan Publik Amerika (AICPA) telah mengeluarkan Statement on Auditing Standard (SAS) No.80, amandemen SAS No. 31, tentang masalah bukti (Evidential Matter).
______________________________________
1 Penulis adalah staf pengajar Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
SAS No.80 memberikan guidance (pedoman) bagi auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan menggunakan teknologi internet untuk memproses transaksi (Halim, 2004). Pada saat bukti menjadi lebih bersifat elektronik, maka hal ini akan menyebabkan dihasilkannya audit trail yang lebih sedikit. Oleh karena itu, auditor harus mengubah teknik audit mereka. SAS No.80 menyatakan bahwa ketika bukti yang ada disajikan dalam bentuk elektronik, maka auditor perlu mempertimbangkan penggunaan teknik continuous auditing.
Dalam makalah ini, penulis ingin
memaparkan beberapa hal mengenai proses pengauditan yang perlu dipahami
auditor, sehubungan dengan perkembangan teknologi yang berdampak pada
operasi bisnis klien. Secara berurutan akan dibahas mengenai
penyampaian informasi melalui internet, manfaat pelaporan keuangan pada
internet, format pelaporan keuangan internet, bukti audit, continuous auditing, pengendalian internal.
Penyampaian Informasi Melalui Internet
Informasi bukan hanya sekedar kumpulan
data tetapi lebih merupakan suatu bentuk kecerdasan (Wilkinson, 2000).
Informasi yang cerdas adalah informasi yang bermanfaat bagi penerima
informasi. Manfaat informasi yang paling utama adalah untuk mengurangi
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan (Wilkinson, 2000).
Menurut Halim (2004), kualitas suatu informasi tergantung dari atribut informasi tersebut, yaitu akurat (accuracy), tepat waktu (timeliness), dan
relevan (relevancy). Akurat berarti informasi bebas dari kesalahan dan
tidak bias. Tepat waktu berarti informasi sampai kepada penerima dalam
jangka waktu yang dibutuhkan. Sedangkan relevan berarti informasi yang
disampaikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Salah satu cara agar
informasi yang disampaikan tepat waktu maka dapat disampaikan dengan
menggunakan internet (Halim, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Cheng, Lawrence dan Coy
(2000) dalam Howard Davey dan Kanya Homkajohn (2004) menyatakan bahwa
32 (80%) perusahaan dari 40 perusahaan yang ada di Thailand sudah
mempunyai web sites dan 70 % sudah menyampaikan laporan keuangannya pada web sites. Penelitian lain yang dilakukan di Inggris yang melakukan survey top 100 Fortune Global pada 500 perusahaan menunjukkan bahwa 89 % sudah mempunyai web sites (Flynn dan Gowthorpe, 1997 dalam Craven,1999).Penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Xiao (2003) menduga bahwa internet akan mempercepat penyampaian informasi non-finansial pada waktu mendatang seperti informasi lingkungan, informasi sosial dan juga perusahaan pemerintahan bahkan informasi kualitatif. Bahkan pada tahun 2010, diduga bahwa pelaporan keuangan dengan menggunakan internet akan lebih tepat waktu dan menjadi real time reporting (Jones dan Xiao, 2003).
Internet disebut sebagai suatu sistem
komunikasi (Xiao dan Jones, 2000). Sebagai suatu sistem komunikasi, hal
tersebut terutama mempengaruhi aspek komunikasi pelaporan keuangan
seperti akses, penyebaran, interaksi, dan penyajian. Internet mendorong
komunikasi one-way, two-way dan multi-way
serta memberikan pengembangan terhadap interaktif aplikasi yang tinggi.
Hal ini menawarkan interaksi pemakai dengan penyedia informasi
perusahaan. Internet juga bersifat real-time sehingga
mempercepat penyampaian informasi keuangan. Selain itu internet dapat
diakses di manapun di seluruh dunia, sehingga data elektronik dapat
dengan mudah dibawa kemana-mana dan dapat diakses secara menyeluruh
(Xiao dan Jones, 2000).
Hasil penelitian Jones dan Xiao (2003) menyatakan bahwa perusahaan
akan meningkatkan penggunaan internet, yang memberikan produk yang up-to-date
dan informasi jasa dan catatan secara elektronik. Bahkan para ahli
memprediksi bahwa penggunaan internet akan memampukan perusahaan untuk
menghubungkan informasi keuangan kepada perusahaan yang lain sehingga
mendorong pemakai untuk menggunakan web-based financial information (Jones dan Xiao, 2003).Format Pelaporan Keuagan Internet
Teknologi telah mengubah cara organisasi dalam
menjalankan bisnis dan menerbitkan laporan keuangan (Halim, 2004).
Sebagian besar perusahaan menyajikan laporan keuangan di internet
dengan menggunakan format HTML (Rezaee dan Hoffman, 2001). Format HTML
efektif dalam menyampaikan informasi dasar yang terkait dengan
pengungkapan finansial. Namun format HTML tidak memungkinkan pencarian,
analisis, dan manipulasi informasi tanpa down loading dan transfer kedalam spreadsheet atau
aplikasi software. Saat ini standard tekhnologi penyajian laporan
keuangan di internet telah berkembang dari Extensible Markup Language
(XML) menjadi Extensible Business Markup Language (XBRL).
Salah satu manfaat fitur XBRL adalah
memungkinkan organisasi untuk menyiapkan seperangkat laporan keuangan
dalam sebuah format yang dapat dilihat dan digunakan dengan berbagai
aplikasi. Hal ini mengeliminasi kebutuhan untuk menyiapkan laporan
keuangan dalam format yang berbeda, sehingga mengurangi waktu,
menghemat biaya, dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam dokumen
yang berbeda. Pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membaca
seluruh laporan keuangan dengan men-download XBRL atau dari web site (Jones dan Xiao, 2003).
AICPA telah bekerja dengan organisasi
internasional dan nasional dalam beberapa tahun untuk mengembangkan
spesifikasi XBRL. XBRL pertama digunakan untuk laporan keuangan untuk
perusahaan komersial dan industri yang disusun berdasarkan GAAP Amerika
Serikat yang dikeluarkan pada 31 Juli 2000. Pada format XBRL, informasi
keuangan hanya dimasukkan satu kali, dan kemudian diubah dalam berbagai
bentuk, seperti dokumen HTML untuk web site organisasi, EDGAR filling document
untuk tujuan umum (seperti SEC), dan format pelaporan khusus lainnya
seperti untuk tujuan pajak atau laporan kredit. Dengan merancang bahasa
standar untuk perusahaan, organisasi, auditor, dan pengguna pelaporan
keuangan. Selain itu format XBRL akan meningkatkan ketersediaan,
reliabilitas dan relevansi pelaporan keuangan (Halim, 2004). Manfaat
lain dari format XBRL adalah mempermudah pencarian pelaporan keuangan
dibandingkan dengan format HTML, penemuan informasi yang cepat dapat
menghemat waktu dan proses pengauditan pelaporan keuangan
terstandarisasi secara on-line sehingga akan lebih efisien dan efektif (Rezaee dan Hoffman, 2001).
Bukti Audit
Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk
mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan (Halim, 2001).
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar bukti yang diperoleh dapat
mendukung auditor dalam memberikan pendapat terhadap laporan keuangan
yang diaudit (Halim, 2001) antara lain:
- Bukti apa yang diperlukan untuk setiap asersi.
- Prosedur audit apa yang digunakan untuk mengumpulkan bukti yang persuasif dan kompeten.
- Seberapa banyak bukti dikatakan mencukupi.
- Alat apa yang paling efisien dan dapat dipercaya untuk mengumpulkan bukti yang kompeten dan cukup.
SAS No.80 memberikan panduan bagi auditor untuk
mengaudit transaksi dalam bentuk format elektronik. SAS No.80
mensyaratkan agar klien auditor dapat mengirimkan, memproses, menyimpan
atau mengakses sejumlah informasi elektronik yang signifikan. Hal ini
diperlukan untuk menguji kecukupan pengendaliannya secara normal.
AICPA mendefinisikan bukti elektronik sebagai
pemindahan informasi, pemrosesan, penyimpanan atau akses yang dilakukan
dengan alat elektronik yang dapat digunakan oleh auditor untuk
mengevaluasi asersi laporan keuangan. Tabel 1 berikut ini membandingkan
dan membedakan bukti tradisional dan elektronik dalam konteks beberapa
atribut yang diperlukan oleh bukti audit.
Tabel 1
Perbandingan antara bukti tradisional dan bukti elektronik
Atribut
|
Bukti Tradisional
|
Bukti Elektronik
|
Kesulitan untuk Diubah
|
Sulit diubah dan dimungkinkan untuk mendeteksi perubahan dalam pekerjaan audit normal
|
Lebih mudah untuk dilakukan perubahan dan lebih sulit dideteksi. Oleh karena itu, efektifitas internal control memainkan peranan yang penting dalam mendeteksi perubahan tertentu dalam bukti elektronik
|
Kekuatan Kredibilitas
|
Paper document mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi
|
Kredibilitas bukti elektronis tergantung efektifitas struktur pengendalian internal
|
Kelengkapan Dokumen
|
Paper evidence memasukkan semua persyaratan transaksi penting
|
Pemrosesan elektronik dapat menyembunyikan bukti-bukti dengan kode atau dengan cross reference ke data fields lainnya
|
Bukti Pengesahan
|
Pengesahan pada paper evidence sangat jelas ditampilkan pada dokumen asli
|
Pengensahan bukti elektronik mungkin tidak jelas dan dapat dilakukan dengan menekan salah satu tombol pada keyboard
|
Kemudahan untuk Digunakan
|
Paper evidence tidak memerlukan alat khusus untuk digunakan dalam mengevaluasi dan memahami bukti
|
Bukti elektronik membutuhkan pengetahuan tentang teknik data extraction untuk mengevaluasi dan memahami bukti
|
Kejelasan
|
Paper evidence biasanya jelas dan akan menghasilkan kesimpulan yang sama apabila digunakan oleh pembaca yang berbeda
|
Bukti elektronik tidak jelas dan dapat
ngakibatkan kesimpulan yang berbeda oleh beberapa auditor tergantung
pada prosedur yang digunakan dan pengendalian yang diimplementasikan.
|
Sumber: Halim, 2004
Continuous Auditing (CA)
Perubahan proses bisnis telah menggeser sumber
informasi yang bersifat tradisional menjadi elektronik. Hal ini
memerlukan penciptaan prosedur audit baru untuk melakukan audit. Tujuan
pokok audit keuangan dan standar pengauditan yang berlaku umum tidak
berubah karena semua atau sebagian dari arsip klien dalam format
elektronik. Namun demikian, prosedur audit dapat berubah ketika
sebagaian besar informasi yang ada hanya dalam format elektronik
sehingga menuntut auditor independen untuk menggunakan Continuous Auditing
(CA) (Halim, 2004). Menurut Rezaee (2001), CA adalah proses sistematis
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit elektronik sebagai
dasar yang rasional untuk menarik suatu pendapat atas kewajaran
penyajian laporan keuangan berdasarkan sistem akuntansi yang paperless dan real-time. CA terdiri dari lima tahap yaitu:
- Perencanaan penugasan audit yang meliputi prosedur analitis.
- 2. Menilai struktur pengendalian intern sistem real time accounting (RTA) yang mencakup hasil test of control dan penilaian atas control risk.
- Pelaksanaan substantive test internal dan terus menerus atas transaksi yang detail.
- Menyelenggarakan substantive test atas saldo akhir tahun dan hasil menyeluruh termasuk prosedur analitis.
- Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
Manfaat utama dalam pemanfaatan CA adalah
pengurangan biaya dalam menyelenggarakan suatu penugasan audit. CA
memungkinkan auditor untuk menguji sampel yang lebih besar (bahkan
sampai 100 persen) terhadap data dan transaksi klien dengan lebih cepat
dan lebih efisien dibandingkan dengan pengujian manual. Selain itu CA
dapat mengurangi biaya-biaya auditor dan jumlah waktu yang biasanya
dihabiskan untuk pengujian manual atas transaksi dan saldo. CA juga
dapat meningkatkan kualitas audit keuangan sehingga memungkinkan
auditor untuk lebih memusatkan perhatian pada pemahaman struktur
industri dan bisnis klien dan struktur pengendalian internnya (Halim,
2004).
Tabel 2 menampilkan suatu ikhtisar siklus akuntansi berdasarkan sistem real-time accounting
(RTA) dan proses audit yang terkait berdasarkan CA. Tabel 2 menunjukkan
bahwa sistem RTA tersebut terdiri dari proses sebagai berikut:
- Identifikasi transaksi dan peristiwa ekonomi.
- Pengukuran, pengakuan, dan pelaporan transaksi berdasarkan sistem akuntansi yang real- timedan on-line.
- Adanya struktur pengendalian intern yang memadai dan efektif.
- Pengolahan transaksi secara elektronik.
- Saldo rekening general ledger dan subsidiary account yang on-line.
- 6. Pembuatan laporan keuangan real-time dan on-line.
Tabel 2
Skema untuk Siklus Akuntansi berdasarkan Sistem RTA dan Aktivitas Audit
Periode Waktu
|
Klien: Sistem Akuntansi real-time
|
Auditor: Metode Continuous Auditing
|
Aktivitas Audit
|
|
Transaksi dan peristiwa ekonomi
|
Perencanaan audit
|
Memperoleh informasi mengenai industri dan
bisnis klien, memperbaharui pengetahuan dan pemahaman struktur
pengendalian intern termasuk aktivitas dan lingkungan pengendalian,
merancang strategi audit termasuk model resiko audit dan program awal
audit
|
Periode tahunan laporan keuangan
|
Sistem informasi akuntansi on-line dan real-time
|
|
|
|
Struktur Pengendalian Internal
|
Pertimbangan terhadap struktur pengendalian internal
|
Memahami dan evaluasi struktur pengendalian internal, melakukan uji pengendalian elektronik, memodifikasi program audit
|
|
Memrosesan transaksi secara elektronik
|
Pengujian substantif detail transaksi
|
Memilih teknik dan alat audit elektronik yang
sesuai, melakukan prosedur audit, memastikan bahwa bukti yang diperoleh
cukup dan kompeten
|
|
General ledger dan subsidiary ledger secara on-line
|
Pengujian substantif dan prosedur analitis
|
Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,
mengevaluasi ketepatan dan reliabilitas bukti audit, memonitor
pendekatan audit
|
|
Laporan keuangan yang on-line dan real-time
|
Menyelesaikan audit dan menerbitkan
laporan audit
|
Menerbitkan laporan audit, memutuskan untuk menerima atau melanjutkan penugasan audit
|
Sumber: Rezaee, 2001
Pengendalian Internal
Pertimbangan struktur pengendalian internal RTA
melibatkan pengujian dan penilaian pengendalian manajemen dan sistem
aplikasi. Auditor mempelajari dan mengevaluasi lingkungan pengendalian
tersebut dan komponen penilaian resiko struktur pengendalian internal
dengan menguji pengendalian manajemen, seperti audit committee,
filosofi manajemen dan gaya operasi, pengelolaan risiko. Auditor
mempelajari dan mengevaluasi aktivitas kendali spesifik dengan
pengujian sistem pengendalian manajemen dan pengendalian sistem
aplikasi, yaitu input, proses, output dan pengendalian manajerial.
AICPA (1996) menyatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan bukti
tentang efektivitas desain atau operasi struktur pengendalian internal
dapat diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik audit berbantuan
komputer.
Teknik audit berbantuan komputer yang paling
umum digunakan dalam menguji efektivitas struktur pengendalian intern
di antaranya adalah (Rezaee, 2001):
- Test data atau integrated test facilities yang digunakan dalam menentukan apakah sistem RTA memporses transaksi dengan valid atau invalid serta memverifikasi kebenaran dan kelengkapan pemrosesannya.
- Parallel simulation adalah suatu teknik yang mengembangkan suatu program komputer yang mereplikasi beberapa bagian dari sistem aplikasi klien untuk menilai efektivitas suatu aktivitas pengendalian.
- Pemrosesan secara simultan (concurrent processing) digunakan dalam merancang modul audit dan kode pemrograman dan menerapkannya secara langsung ke dalam aplikasi komputer untuk secara terus-menerus memilih dan memonitor pemrosesan data.
- Simulasi yang terputus-putus dan berkelanjutan (Continuous and Intermittent Simulation) yang digunakan untuk memilih transaksi selama pemrosesan untuk review audit dan memberikan kapabilitas auditing on-line.
Simpulan
Perubahan teknologi yang begitu cepat
mengakibatkan perubahan praktik bisnis dan cara pemrosesan pencatatan
dan penyimpanan transaksi bisnis oleh sebagian besar organisasi.
Demikian pula dengan cara penyampaian laporan keuangan, yaitu dengan
menggunakan teknologi internet, sehingga informasi yang dihasilkan
bersifat real-time.
Teknologi juga membawa perubahan terhadap teknik pengauditan yang disebut continuous auditing (CA). Hal ini disebabkan oleh bukti yang dihasilkan dari transaksi yang bersifat on-line
bersifat elektronik. Penggunaan CA memungkinkan auditor untuk melakukan
verifikasi terhadap bukti-bukti yang dihasilkan untuk mendukung opini
yang akan dikeluarkan oleh auditor.
Source : http://www.unika.ac.id/staff/blog/ranto_p_sihombing/573
Tidak ada komentar:
Posting Komentar